Desa
yang luasnya sekitar 1500 hektar ini tetap mempertahankan
bangunan-bangunan penting dan rumah-rumahnya seperti aslinya, yatu tiga
balai desa dan rumah-rumah adat yang berderet dan sama persis
satu dengan lainnya. Sepanjang jalan setapak, terdapat ratusanrumah berderet
berhimpitan. Bentuk dan pengaturan tata letak bangunan masih mengikuti aturan
adat turun temurun yang masih dipertahankan hingga sekarang friend.
Tradisi
yang terkenal di tempat ini adalah upacara Mekare kare atau Geret Pandan (perang pandan).
Upacara yang dilangsungkan pada sasih kalima (bulan kelima pada kalender Bali)
adalah bagian dari upcara "Sasih Sembah" yaitu upacara keagamaan
terbesar di Desa Tenganan.
Tempat
pelaksanaan upacara Mekare-kare ini adalah didepan Bale Patemu (balai pertemuan
yang ada di halaman desa). Waktu pelaksanaan biasanya dimulai jam 2 sore dimana
semua warga menggunakan pakaian adat Tenganan (kain tenun Pegringsingan), dan
para pria tanpa pakaian atas bertarung satu lawan satu berbekal pandan berduri
yang diikat menjadi satu berbentuk sebuah gada. Sambil menari-nari mereka
bergulet dan mengiris punggung lawan. Tangan kanannya memegang senjata pandan
sedangkan tangan kiri mereka memegang perisai yang terbuat dari rotan. Seusai upacara tesebut semua
luka gores diobati dengan ramuan tradisional berbahan kunyit yang konon sangat
ampuh untuk menyembuhkan luka. Tidak ada sorot mata sedih bahkan tangisan lho firend pada
saat itu karena mereka semua melakukannya dengan iklas dan gembira. Tradisi ini
adalah bagian dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra, Sang
dewa perang itu dihormati dengan darah sehingga atraksi perang pandan dilakukan
tanpa rasa dendam, atau bahkan dengan senyum ceria, meski harus menahan perih
akibat tergores daun pandan berduri.