Rabu, 30 Oktober 2013

Desa Adat Tenganan - Karangasem



Di Bali kalian bisa menemukan desa adat tertua dalam budaya Bali, yaitu desa adat Tenganan Pagringsingan yang didiami penduduk Bali Aga (Bali Asli). Lokasi tepatnya, Desa ini terletak di Kecamatan Karangasem,Kabupaten Karangasem, sekitar 85 km dari Denpasar, yang menjadi tujuan wisata lebih dikarenakan adat dan tradisi benar-benar dijaga di sini, bahkan bisa dibilang terjaga dari arus perkembangan jaman yang begitu pesat di sekelilingnya. Meskipun demikian fasilitas seperti listrik dan sarana lainnya tetapi ada di desa ini lho friend.


Desa yang luasnya sekitar 1500 hektar ini tetap mempertahankan bangunan-bangunan penting dan rumah-rumahnya seperti aslinya, yatu tiga balai desa dan rumah-rumah adat yang berderet dan sama persis satu dengan lainnya. Sepanjang jalan setapak, terdapat ratusanrumah berderet berhimpitan. Bentuk dan pengaturan tata letak bangunan masih mengikuti aturan adat turun temurun yang masih dipertahankan hingga sekarang friend.



       Hampir semua bangunan terbuat dari batu bata merah atau batukali yang ditambal dengan tanah. Uniknya, pintu masuk rumah penduduk itu sempit, hanya berukuran satu orang dewasa, dan bagian atas pintu menyatu dengan atap rumah yang terbuatdari rumbia.

Tradisi yang terkenal di tempat ini adalah upacara Mekare kare atau Geret Pandan (perang pandan). Upacara yang dilangsungkan pada sasih kalima (bulan kelima pada kalender Bali) adalah bagian dari upcara "Sasih Sembah" yaitu upacara keagamaan terbesar di Desa Tenganan.

   
Video Perang Pandan - Tenganan
Tempat pelaksanaan upacara Mekare-kare ini adalah didepan Bale Patemu (balai pertemuan yang ada di halaman desa). Waktu pelaksanaan biasanya dimulai jam 2 sore dimana semua warga menggunakan pakaian adat Tenganan (kain tenun Pegringsingan), dan para pria tanpa pakaian atas bertarung satu lawan satu berbekal pandan berduri yang diikat menjadi satu berbentuk sebuah gada. Sambil menari-nari mereka bergulet dan mengiris punggung lawan. Tangan kanannya memegang senjata pandan sedangkan tangan kiri mereka memegang perisai yang terbuat dari rotan. Seusai upacara tesebut semua luka gores diobati dengan ramuan tradisional berbahan kunyit yang konon sangat ampuh untuk menyembuhkan luka. Tidak ada sorot mata sedih bahkan tangisan lho firend pada saat itu karena mereka semua melakukannya dengan iklas dan gembira. Tradisi ini adalah bagian dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra, Sang dewa perang itu dihormati dengan darah sehingga atraksi perang pandan dilakukan tanpa rasa dendam, atau bahkan dengan senyum ceria, meski harus menahan perih akibat tergores daun pandan berduri.

  


Kerajinan Masyarakat Tenganan


Monumen Bajra Sandhi - Denpasar


      Monumen Bajra Sandhi ini dibangun pada tahun 1987, tapi baru diresmikan pada 14 Juni 2003 oleh presiden Megawati Sukarno Putri. Friend, tujuan utama dibangunnya monumen ini adalah untuk mengekalkan semangat perjuangan dan kreasi budaya masyarakat Bali serta sebagai upaya mewariskannya kepada generasi muda.



      Asal mulanya nama Bajra Sandhi ini diambil dari bentuk monumen yang menyerupai lonceng (genta) yang biasa dipakai oleh para pedanda (penghulu agama di Bali) ketika memimpin doa.
     Awalnya, ide untuk membangun monumen perjuangan ini berasal dari Dr. Ida Bagus Mantra yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Bali. Pada tahun 1981, diadakan sayembara desain monumen yang kemudian dimenangkan oleh Ida Bagus Yadnya. Ia adalah seorang mahasiswa jurusan arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali. Lalu pada tahun 1988 dilakukanlah perletakan batu pertama dan selama ± 13 tahun pembangunan monumen tersebut akhirnya dapat diselesaikan.


     Monumen ini berada di Jalan Raya Puputan, Niti Mandala, Renon tepatnya didepan Gedung DPRD Provinsi Bali.

     Letak Keseluruhan data daerah monumen berbentuk segi empat bujur sangkar dengan penerapan konsepsi Tri Mandala, yaitu
1)   Sebagai Utama Mandala adalah pelataran/gedung yang berada paling tengah
2)
   Sebagai Madya Mandala adalah pelataran yang mengitari utama mandala
3)
   Sebagai Nista Mandala adalah pelataran yang paling luar yang mengitari Madya Mandala


Nahh.. Bangunan gedung monumen pada Utama Mandala tersusun menjadi 3 lantai:

1.  Utamaning Utama Mandala adalah lantai 3 yang posisinya ada paling atas berfungsi sebagai ruang ketenangan, tempat hening-hening menikmati suasana kejauhan disekeliling monumen. Pencapaian menuju  puncak monumen ini menggunakan tangga putar yang lumayan tinggi lho friend.



2.  Madyaning Utama Mandala adalah lantai 2 yang fungsinya sebagai tempat diorama yang berjumlah 33 unit diorama yang disusun melingkar mengikuti kontur ruangan. Tiap
bagian diorama berisi patung-patung lengkap dengan setting lingkungan alamiahnya.
Ruang Diorama

3.  Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar monumen dimana terdapat ruang informasi, perpustakaan, ruang pameran, ruang pertemuan, ruang administrasi gedung, dan toilet. Ditengah-tengah ruangan ini terdapat telaga  Puser Tasik yang terdiri dari delapan tiang agung dan sebuah tangga putar berbentuk tapak dara. 



    Pencapaian menuju Monumen Bajra Sandhi ini dapat ditempuh sejauh 13 km dari Bandar Udara Ngurah Rai lho firend, dengan jadwal buka pada hari Senin-Jumat pukul 08.00 – 17.00 Wita dan Sabtu-Minggu pukul 09.30-20.00







Suasana Monumen Pada Malam Hari